Integritas

"Not everything that can be counted counts, and not everything that counts can be counted." Albert Einstein 

Suatu ketika, di sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur, para penasehat kerajaan memiliki rencana untuk menuduh bahwa Sang Raja telah menggunakan kekayaan kerajaan dengan semena-mena. Maksud dibalik rencana tersebut adalah agar Sang Raja bisa digulingkan dengan Ketua Penasehat bisa mengambil alih tahta kerajaan. Dalam menjalankan niatnya itu, maka para penasehat menghasut Sang Pangeran agar mau membujuk Sang Raja untuk melakukan perbuatan yang merugikan kerajaan.


Pada saat tengah malam, ketika Sang Raja masih bekerja di ruang kerjanya, masuklah Sang Pangeran keruang kerja ayahnya itu. "Ayah, ada hal penting yang ingin saya bicarakan." Sang Pangeran mengawali pembicaraan.

Sang Raja yang saat itu bekerja dengan diterangi oleh sebuah lilin yang besar kemudian bertanya kepada putranya, "Apakah yang kamu bicarakan itu masalah pribadi ataukah masalah kerajaan?"

Sang Pangeran agak bingung untuk menjawab, tapi kemudian dengan agak ragu ia berkata, "Eeehm... masalah pribadi Ayah."

Maka Sang Raja pun menyalakan lilin yang kecil dan kemudian mematikan lilin yang besar itu. "Bicaralah Anakku."

Dengan keheranan Sang Pangeran bertanya, "Mengapa Ayah mengganti lilin yang besar dengan lilin yang kecil ini?" 

Dengan tenang Sang Raja menjawab, "Anakku, lilin yang besar dibeli dengan uang kerajaan dan karenanya hanya digunakan untuk urusan kerajaan. Karena kamu datang untuk urusan pribadi, maka kita harus menggunakan lilin yang kecil yang dibeli dengan uang pribadi."

Mendengar jawaban tersebut, maka Sang Pangeran pun menjadi malu. Ia mengurungkan niatnya untuk menghasut Sang Raja. Sebaliknya ia malah membeberkan rencana para penasehat kerajaan. Tak lama kemudian para penasehat kerajaan pun ditangkap dan diberi hukuman yang setimpal. Sang Raja, Sang Pangeran dan terutama kerajaan itu pun bisa selamat dari kekacauan dan penderitaan karena integritas yang dijunjung tinggi oleh Sang Raja.

Integritas adalah kata yang sering dan memang layak digunakan untuk menilai kualitas yang sesungguhnya dari seseorang. Terlebih lagi bila orang tersebut merupakan pemimpin atau calon pemimpin. Sebagai contoh, dalam berbagai ajang kampanye pemilihan calon pemimpin, mungkin Anda akan menemukan bahwa secara pengetahuan, kemampuan, maupun visi, kualitas para calon hanya beda tipis saja sampai-sampai Anda bingung mau memilih yang mana. Namun, ketika para kandidat tersebut diukur berdasarkan integritasnya, disitulah nampak perbedaanya. Mengapa? Karena integritas memberikan bukti bukan janji. Mungkin setiap kandidat bisa berlomba-lomba memberikan janji, namun hanya sebagian kecil saja yang benar-benar bisa memberikan bukti. Di sinilah integritas menjadi faktor pembeda.

Selain sebagai ukuran pembeda, Integritas juga diyakini akan memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan suatu institusi. Pengetahuan, keahlian dan visi memang diperlukan, Tapi tanpa integritas, semua itu hanyalah hiasan atau bahkan bungkus yang bisa jadi dimanfaatkan untuk mengelabuhi massa. Karena, seperti sudah menjadi suatu keharusan, dalam berbagai ajang pemilihan pemimpin, isu-isu terkait integritas biasanya merebak. Mulai dari hal-hal kecil seperti ucapan dan tindak-tanduk hingga hal-hal besar seperti standar moral atau bahkan skandal. Hal ini semua membuktikan bahwa integritas benar-benar faktor yang sangat penting dalam menilai kualitas sesungguhnya dari seorang pemimpin.

Persoalannya, integritas bukanlah sesuatu yang mudah diukur atau diungkap. Sehingga, di dunia yang konon penuh dengan "sandiwara" ini, setiap orang seakan dengan mudahnya menutupi kebobrokan mereka dengan aman seolah hanya si pemilik dan Tuhan saja yang tahu.

Permasalahan lain dengan integritas adalah standar penilaian yang digunakan tiap orang juga bisa berbeda-beda. Seperti kisah di atas tadi misalnya. bagi sebagian orang, menggunakan fasilitas institusi untuk kemanfaatan pribadi bisa dibenarkan sepanjang nilainya tidak cukup besar (tidak material) dan terlebih lagi, terjadi "dengan tanpa kesengajaan". Tapi, bahayanya,kompromi-kompromi kecil seperti itu perlahan-lahan bisa tumbuh menjadi kanker besar yang melilit sehingga integritas tidak lagi bisa bernafas.

Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa integritas hampir tidak bisa diukur. Padahal, bila bisa diukur, banyak hal akan terungkap dan kebenaran akan menjadi lebih pasti di muka bumi ini. Namun demikian, kita masih bisa menggunakan dua hal yang lumayan membantu dalam menilai integritas seseorang. Kedua hal tersebut adalah waktu dan kepentingan. Pada akhirnya apakah seseorang benar-benar memiliki integritas atau tidak akan diuji oleh sang waktu. Pembuktian panjang yang telah dilalui seseorang menjadi ukuran yang cukup valid terhadap integritasnya. Tidak benar-benar akurat memang, tapi paling tidak cukup bisa dipercaya. Namun demikian, sayangnya, seringkali kita benar-benar memiliki waktu untuk membuktikan integritas seseorang. dalam situasi seperti itu, kita bisa menggunakan uji kepentingan untuk memberikan gambaran mengenai integritas seseorang. Caranya adalah dengan memahami perspektif dan motif dari seseorang terkait dengan suatu aspek dimana kita sedang mengira-ngira integritas orang tersebut.

Bila integritas tidak mudah untuk diukur, apalagi menciptakannya. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa integritas akan terbentuk oleh sistem dan keteladanan yang kuat. Namun, dalam perjalanan saya menelusuri jejak para pemimpin, saya hampir menyimpulkan bahwa sistem dan keteladanan seakan belum cukup kuat untuk membentuk integritas bisa membusuk. Sebaliknya, walaupun memberikan kehangatan, keteladanan acap kali menjadi tempat yang tenang untuk menyembunyikan integritas. Padahal, kenyataannya, meskipun telah berusaha keras, keteladanan dalam hal integritas tidak selalu bisa ditiru begitu saja. Namun demikian, acap kali seseorang (calon) pemimpin mengaku bahwa dirinya telah meneladani atau bahkan mewarisi semua aspek kepemimpinan yang dimiliki oleh sang teladan tadi. Termasuk, tentu saja, integritasnya. 

Integritas adalah kata yang sering dan memang layak digunakan untuk menilai kualitas yang sesungguhnya dari seseorang. Terlebih lagi bila orang tersebut merupakan seorang pemimpin atau calon pemimpin.

Lalu apa solusinya? Sejujurnya, kali ini saya tidak begitu yakin. Bagi saya, sementara ini, integritas seperti muncul secara acak, tanpa pola. Seolah integritas memang harus menyisakan misteri di satu sisi namun di sisi lain justru memberikan ruang bagi hal-hal yang bernilai seperti harapan, ketulusan dan keikhlasan. Satu hal yang saya kira mungkin bisa melahirkan integritas adalah orang tua yang mengajarkan, mencontohkan dan menerapkan integritas kepada anaknya melalui komunikasi yang intensif dan interaktif dibarengi ketegasan dan pengertian pada saat yang bersamaan. Terdengar sangat kompleks memang. Terlebih lagi bila kita mengingat bahwa sebagian besar orang tua mungkin tidak pernah mendapat pendidikan mengenai integritas secara formal. Tentu saja sebaliknya saya salah. Karena hal itu berarti lebih banyak calon pemimpin yang memiliki integritas akan muncul. Tapi, seandainya saya benar, sementara tidak ada inisiatif yang cukup serius dari pihak berwenang untuk memberikan pendidikan mengenai integritas, maka hal yang bisa saya lakukan hanyalah berdoa. Berdoa dengan harapan agar banyak orang mengajarkan integritas kepada anak-anak mereka. Berdoa dengan tulus agar lebih banyak orang yang memiliki integritas pada saat dan tempat yang tepat. Berdoa dengan ikhlas agar orang-orang yang telah menunjukan integritas diberikan kesehatan, kekuatan dan keselamatan. Berdoa agar orang-orang seperti Sang Raja dalam kisah diatas bermunculan di negeri ini.


Sumber Tulisan :  Jemmy V. Confido




Related Posts

Integritas
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

Target Info --- Email : targetinfoo001@gmail.com --- Phone Number : +62-85261440749 --- Medan, North Sumatra, Indonesia - 20585


Sekecil apapun dukungan anda, sangat berarti bagi kami...!!!


Melalui Paypal disini :



Melalui Bank Lokal disini :

BNI : 032-6134-752
BRI : 353-8010-2049-9538


Info Lain :