Merajut Nasib Mengubah Takdir

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan-ungkapan sebagai berikut:
  • "Yah, sudah suratan takdir saya menjadi pegawai rendahan."
  • "Saya terima nasib saja menjadi orang kecil."
  • "Dasar garis tangannya, orang itu akhirnya jadi pengusaha sukses."
Ungkapan seperti diatas sangat sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan sehingga tanpa kita sadari menjadi sebuah mitos yang dianggap benar namun sesungguhnya belum teruji. Pertanyaan bodoh saya terhadap ungkapan-ungkapan tersebut adalah sebagai berikut:
Andai benar bahwa pencapaian seseorang ditentukan oleh suratan takdir, nasib atau garis tangan, maka untuk apa kita susah mengadakan pemilihan umum? Cukup seluruh rakyat negeri ini di-scan tangannya lalu dimasukan kedalam komputer. Selanjutnya, pada saat kita hendak memilih wali kota, gubernur atau bahkan presiden, tinggal kita cari siapa orang yang garis tangannya mengatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.

Kita perlu berhati-hati terhadap pemikiran-pemikiran yang bersifat melemahkan. Pemikiran-pemikiran tersebut cenderung dijadikan dalih oleh orang-orang yang tidak berhasil untuk menutupi kegagalannya. Saya pribadi, sudah sejak lama, memilih untuk tidak mempercayai mitos-mitos di atas. Bagi saya, paradigma atau cara pandang yang jauh lebih bisa diterima dan jauh lebih berguna adalah bahwa pikiran seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Selanjutnya, sikap seseorang akan menentukan tindakannya. Lalu, tindakan seseorang akan menentukan hasilnya. Dan, bila hasil demi hasil ini diakumulasikan maka akan terjadi ... nasib atau bahkan takdir. Jadi, singkatnya, nasib atau takdir seseorang ditentukan oleh pikirannya.

Anda tidak percaya? Marilah kita menelaah ilustrasi berikut. Dua orang pengusaha, sebut saja si Bijak dan Si Bodoh, memulai usaha yang sama, pada saat yang sama, ditempat yang sama dengan jumlah modal yang sama. Semuanya sama. Yang berbeda adalah cara pikir Si Bijak dan Si Bodoh. Si Bodoh berfikir bahwa uang yang didapatnya dari hasil usahanya bisa ia gunakan sesuka hati.
Sedangkan Si Bijak berfikir bahwa uang yang didapatnya dari hasil usahanya harus digunakan untuk memperbesar usahanya tersebut. Ternyata penjualan Si Bijak dan Si Bodoh sama lakunya. Omset mereka dari bulan pertama sama. Si Bodoh menggunakan keuntungan yang diperolehnya untuk bersenang-senang sementara Si Bijak menggunakan keuntungan yang diperolehnya untuk menambah kapasitas usahanya. Bulan kedua, penjualan Si Bijak sedikit lebih banyak dari Si Bodoh karena barang-barang yang tidak disediakan oleh Si Bodoh namun disediakan oleh Si Bijak. Perlahan-lahan, para pelanggan Si Bodoh mulai beralih ke Si Bijak karena barang-barangnya lebih lengkap. Di bulan-bulan berikutnya, karena skala bisnis Si Bijak membesar, maka Si Bijak mulai mendapatkan berbagai diskon dari pa suppliernya sehingga selanjutnya Si Bijak bisa menurunkan harga jualnya dengan tetap mempertahankan keuntungannya. Pada bulan ke-12, omset Si Bijak sudah meningkat 10 kali lipat dibandingkan pada bulan pertama. Sementara Si Bodoh sudah menutup usahanya. Lalu pantaskah Si Bodoh mengatakan keberhasilan dalam menjalankan usaha tersebut bukan merupakan peruntungannya melainkan sudah menjadi garis tangan Si Bijak?

Mari kita simak kembali ilustrasi di atas. Siapakah yang memiliki pemikiran yang benar terhadap uang yang dihasilkan? Jawabannya Si Bijak. Siapakah yang bersikap benar terhadap uang yang dihasilkan? Kembali Si Bijak. Siapakah yang mengambil tindakan yang benar terhadap uang yang dihasilkan? Lagi-lagi Si Bijak. Siapakah yang mendapatkan hasil yang baik dari waktu ke waktu? tentu saja Si Bijak. Dan terakhir, siapakahyang akhirnya bernasib lebih baik dalam usaha tersebut? Jelas Si Bijak.

Dari kisah diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa nasib seseorang adalah sejauh pikirannya. Semakin seseorang mempersempit pikirannya, maka semakin suramlah nasibnya. Demikian pula semakin seseorang memperluas pikirannya, semakin cerahlah nasibnya. Bahkan, pikiran seseorang bukan hanya bisa merajut nasibnya tetapi juga bisa mengubah takdirnya. Kisah mengenai Hsieh Kun-Shan mungkin salah satunya.

Hsien Kun-Shan lahir di Taidong, Taiwan 21 Juni 1958 dengan tubuh yang sempurna dan dalam kondisi yang sehat. Karena tekanan ekonomi, ia membantu ayahnya Xie Shu dan Ibunya Zhang Guihua untuk mencari uang bahkan sejak ia masih kecil. Pada usia 12 tahun, Hsieh terpaksa harus berhenti sekolah dan menjadi buruh pabrik garmen. Di tahun 1974, pada saat ia berusia 16 tahun, Hsieh membawa tiang besi yang secara tidak disadarinya menyentuh kabel bertegangan tinggi. Celakanya lagi, ia tidak menggunakan sandal sehingga seluruh tubuhnya menjadi konduktor listrik. Hsieh pun kontan terkena sengatan listrik yang membuatnya tak sadarkan diri selama dua hari. Pada saat ia terbangun, ia harus menerima kenyataan bahwa kedua tangan dan kakinya hancur serta mata kanannya rusak. Mata kanan Hsieh akhirnya tidak bisa digunakan untuk melihat sama sekali ketika saudara perempuannya secara tidak sengaja memukulnya dengan jepretan pada saat hendak memperbaiki buku. "Kehilangan anggota tubuh dan rasa sakit tidak membuatku lemah, namun hatiku hancur melihat air mata, keputusasaan dan ketakberdayaan ibuku." Demikian penuturan Hsieh. "Aku hanya menambah penderitaan kepada perempuan yang hidupnya sudah penuh dengan duka. Ia harus merawat aku seperti bayi. Aku lalu membangunkan pikiranku, bahwa aku harus menjadi orang yang berguna dan tidak akan pernah membiarkan Ibuku menangis lagi." Begitulah tekad Hsieh.

Dan ternyata perubahan dalam pikiran Hsieh tersebut telah membuat perbedaan besar. Hsieh pun mulai berlatih untuk hidup dengan kekurangan fisiknya. Ia berlatih mengenakan celananya dan memandikan dirinya. bahkan Hsieh menolak ketika teman-temannya mengajak untuk mengemis. "Tubuhku terkurung, namun pikiranku bebas." Begitulah keyakinan Hsieh. Akhirnya Hsieh memutuskan untuk mulai melukis. Kenangan terhadap hobinya menggambari buku pelajaran hingga dimarahi guru telah memberinya gagasan. Ia pun mulai berlatih membuat sketsa dengan menggunakan pensil yang digenggam menggunkan mulutnya. Disaat berusia 20 tahunan, setelah menggunakan kaki palsu, Hsieh bergabung dengan dua oarang rekannya untuk mendirikan studio yang menjual lukisan cat minyak.

Tekad Hsieh yang kuat lebih menarik perhatian pelukis cat minyak terkenal Wu Ah-Sun yang ditemuinya dalam sebuah pameran. Wu kemudian memberikan kuliah gratis melukis kepada Hsieh dan ikut mempromosikan karya-karya Hsieh. Dikelas itulah Hsieh bertemu dengan calon isterinya, seorang wanita cantik bernama Lin Yeh-Chen. Pernikahan itu sendiri pada awalnya tidak disetujui oleh keluarga Lin. Hsieh kemudian melanjutkan sekolahnya hingga lulus SMU pada usia 30 tahun. Pada tahun 1987, Hsieh telah mendapatkan banyak penghargaan. Setiap bulannya ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar US $ 3.000. Bahkan lukisannya yang berukuran sedang bisa terjual seharga US $ 5.000. Selaon itu, Hsieh juga mendapatkan penghasilan dari mengajar. Kisah hidup Hsieh telah menjadi legenda di Taiwan dan menjadi pelajaran untuk para siswa SD dan SMP. Film tentang Hsieh sepanjang 30 episode pun diputar di televisi Taiwan dan negara-negara lain termasuk salah satu televisi lokal Indonesia. Dalam serial televisi tersebut, Hsieh ikut memerankan dirinya setelah dewasa. Pada tahun 2002, Hsieh menulis biografi yang kemudia menjadi buku wajib anak-anak setahun kemudian. Hsieh juga kerap diundang untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara penting. Kini Hsieh mengabdikan dirinya untuk menolong lebih banyak orang. Sebagai contoh, Hsieh menyumbangkan hasil penjualan lukisannya seharga Rp. 400 juta yang diperoleh melalui lelang pada saat berkunjung ke Indonesia tahun 2007 lalu.

"Bagiku, tidak ada kesulitan dalam hidup. Yang ada hanyalah tantangan untuk dihadapi dan masalah untuk diselesaikan." Ujarnya sambil tersenyum di apartemennya yang ditata rapi oleh istri dan dua orang putrinya. "Aku selalu memikirkan sisi terang hidupku dengan mensyukuri apa yang masih aku miliki daripada meratapi apa yang sudah diambil dariku." Sungguh sebuah cara pandang yang telah mengubah takdir. Takdir dari seorang cacat tak berdaya menjadi seorang yang sukses, terkenal, dikagumi dan bisa menolong orang lain. Bahkan, mertua Hsieh pun sekarang bangga kepadanya karena menantu mereka benar-benar memiliki jiwa yang sangat kuat untuk menopang kehidupan putri kesayangan mereka itu. Anda ingin mengubah takdir Anda? Bangkitkanlah Pikiran Anda!



Sumber Tulisan : Jemy V. Confido


Related Posts

Merajut Nasib Mengubah Takdir
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

Target Info --- Email : targetinfoo001@gmail.com --- Phone Number : +62-85261440749 --- Medan, North Sumatra, Indonesia - 20585


Sekecil apapun dukungan anda, sangat berarti bagi kami...!!!


Melalui Paypal disini :



Melalui Bank Lokal disini :

BNI : 032-6134-752
BRI : 353-8010-2049-9538


Info Lain :